Berdasarkan kajian ekonomi regional yang terdapat pada Bank Indonesia (BI) banyak faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya penggunaan uang tunai dan E-banking, sebagai berikut
- Penyebab penurunan uang kartal adalah dengan semakin banyaknya sarana/fasilitas pembayaran non tunai seperti ATM dan EDC di wilayah Maluku Utara. Adanya peningkatan yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh adanya momen tahunan seperti Festival Poso dan Festival Togean, Natal dan Tahun Baru, serta realisasi proyek Pemda dan swasta yang mengalami puncaknya pada triwulan IV-2010. Selain itu adanya panen kakao juga ikut berkontribusi pada peningkatan pada triwulan laporan.
- Bali, Peningkatan yang cukup besar pada transaksi RTGS terjadi seiiring dengan peningkatan kebutuhan uang giral, yang diperkirakan terjadi sebagai dampak peningkatan kegiatan industri pariwisata daerah, serta meningkatnya kegiatan konsumsi dan belanja baik rumah tangga maupun pemerintah.
Dengan demikian, semakin tinggi intensitas masyarakat yang menggunakan layanan E-banking di Indonesia mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia sudah mengarah pada masyarakat digital walaupun masyarakat digital di Indonesia masih sangat minoritas. Pada tahun 2010, jika jumlah pengguna E-banking atau menggunakan system pembayaran non-tunai berjumlah Rp.16,8 triliun dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,556 juta jiwa pada tahun yang sama, maka E-banking per kapitanya adalah 70 orang. Sedangkan, di Amerika Serikat persentase keluarga yang menggunakan berbagai jenis kartu plastik tersebut untuk tahun 2003 saja sudah mencapai 65% untuk kartu ATM, 54% untuk Debit Card, 73% untuk Prepaid Card, dan 6% untuk Smart Card (The Fed, 2004).
Pada penelitian di Taiwan, berdasarkan survei terhadap 178 responden yang dikumpulkan dari perusahaan Taiwan, hasil dukungan bahwa faktor lingkungan, organisasi, dan globalisasi akan mempengaruhi kepuasan pelanggan dengan E-banking secara signifikan (Lai, Lin, 2009). Pola penggunaan layanan E-banking dan perubahan karakteristik demografi dan sosioekonomi dari masyarakat pengguna menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam memasyaratkan layanan E-banking. Untuk kasus di Indonesia, peran perbankan dengan layanan E-banking-nya menjadi sangat penting dan menjadi aktor utama dalam mempercepat pembentukan masyarakat digital. Dengan besarnya dana masyarakat yang tersimpan di industri perbankan, sebuah bank masih bisa meningkatkan aktivitas transaksi yang paperless di masa yang akan datang. Hal ini bisa dilihat dari trend pertumbuhan jumlah kartu plastik beserta nilai transaksinya yang semakin meningkat dalam 12 bulan terakhir ini. Tantangannya adalah bagaimana mempercepat laju penetrasinya di masa yang akan datang (Hermana, 2008).