Jakarta (ANTARA) - Produsen teh nasional agar menyesuaikan kaidah penggunaan bahasa Indonesia terhadap produk yang dihasilkan, mengingat selama ini sering terjadi kerancuan nama kemasan dan cara pembuatan teh, kata pemerhati Bahasa Indonesia Dr. Dendy Sugono.
"Pemberian nama produk teh selama ini terlihat masih semaunya saja, tergantung siapa yang memproduksi. Oleh sebab itu perlu ada kesepakatan dari produsen teh soal kaidah bahasa mengenai produk pertanian itu," kata Dendy ketika dihubungi, di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam kaidah bahasa soal teh, pertama mengenai bahan baku teh, kedua mengenai kemasan produk, dan ketiga mengenai cara pembuatan.
Untuk kemasan produk misalnya, ada produsen teh yang menyebut teh yang sudah dikemas sebagai teh kotak dan cara pembuatan ada yang menyebut sebagai teh celup serta teh tarik.
Menurutnya, untuk teh celup banyak produsen teh yang menyebut sebagai produksinya tapi ada juga yang mempromosikan sebagai teh tarik, karena memang keduanya cara pembuatannya dengan cara teh yang dalam kemasan itu dicelupkan dan kemudian ditarik ketika akan dikonsumsi.
"Penggunaan teh tarik itu sesungguhnya berasal dari Bahasa Malaysia dan Brunei. Padahal kalau mau dicermati padahal antara teh celup dan teh tarik cara pembuatannya adalah sama," kata Dendy yang juga mantan ketua Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional.
Oleh sebab itu, katanya, dirinya mengusulkan kepada para produsen teh untuk bisa mengkonsultasikan kepada Pusat Bahasa Indonesia mengenai kaidah bahasa yang mana paling tepat untuk digunakan.
Diakuinya, sampai kini belum ada produsen teh yang menanyakan atau minta saran kepada Pusat Bahasa Indonesia mengenai penggunaan kaidah bahasa untuk teh.
"Padahal hal itu sangat penting, mengingat di kalangan masyarakat sendiri masih banyak yang bingung mengenai definisi kemasan dan cara pembuatan teh," katanya.
Usulan itu, tambahnya, bukan berarti pihaknya bermaksud untuk mencampuri urusan bisnis pengusaha, tetapi bagaimana mewujudkan budaya bangsa ini agar bisa bersaing dengan budaya luar.
"Karena kalau bisa dibawa ke luar akan membawa nama dalam bahasa Indonesia dan membawa budaya kita, apalagi Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen teh terkemuka di dunia," ujarnya.
Di tempat terpisah, Cecilia Sriliasta, eksekutif perusahaan teh, PT SW Indonesia, mengatakan teknologi pengolahan teh sudah saatnya dimanfaatkan, namun begitu edukasi tentang teh dan penyajiannya harus terus dilakukan.
"Penyajian teh dengan cara saring adalah inovasi yang sesungguhnya membuat penyajian lebih efektif dan nyaman karena kepraktisannya," kata Cecillia.
Di tengah masyarakat sendiri ada beberapa bentuk teh saring yang sudah dapat dinikmati seperti, teh saring segi empat, bundar, dan segitiga, dan lain-lain.
Tak hanya bentuknya, saat ini teh saring juga memiliki varian rasa. mulai dari melati, vanilla, bahkan sudah ke rasa buah seperti rasa apel dan mangga.
Samuel David Lee
21209554
1 EB 02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar