Rabu, 24 Februari 2010

Kondisi Politik Ganggu Ekonomi

Kondisi politik dan kesemrawutan hukum di dalam negeri dikhawatirkan dapat mengganggu Indonesia dalam meraih peluang pemulihan ekonomi dunia yang saat ini tengah berlangsung.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara di Asia yang mampu menjaga tren pertumbuhan yang positif saat terjadinya krisis.

Negara-negara tetangga seperti malaysia dan Thailand justru mengalami kondisi yang sebaliknya. Selain Indonesia, hanya China dan India yang bisa menjaga pertumbuhan positif selama krisis. Dengan modal infrastruktur dan kucuran investasi cukup besar, kedua negara tersebut diyakini mampu memanfaatkan modal pertumbuhan ekonomi masingmasing.

"Kita ini yang paling lemah, terakhir saja pertumbuhan masih menunjukkan penurunan. Meski kita kerja lebih keras dari mereka, tapi karena kita ini banyak disibukkan soal-soal politik, habis waktu kita untuk membangun ekonomi," ujar Sofjan seusai mengikuti rapat pimpinan nasional Kadin Indonesia di Jakarta kemarin.

Sofjan lebih lanjut mengatakan, target pertumbuhan ekonomi 5 - 5,5 persen pada tahun depan masih bisa dicapai. Namun dia ragu jika perekonomian bisa tumbuh di atas angka itu. Menurut dia, Indonesia masih dibelit persoalan infrastruktur dan ketersediaan energi, terutama listrik. "Prediksi kami, kalau perekonomian tumbuh 5?5,5 persen itu bisa kita capai. Lebih dari itu enggak bisa. Kecuali ada percepatan infrastruktur, listrik, bukan ngomongsaja," paparnya.

Chief Economist dan Group Head of Global Research Standard Chartered Bank Gerard Lyons mengatakan, Indonesia bersama China dan India akan berada di lini depan dalam proses pemulihan ekonomi Asia dan Dunia. Menurutnya, ini dimungkinkan karena ketiga negara memiliki modal ekonomi berupa basis permintaan domestik yang cukup kuat. China dan India, misalnya, diperkirakan tumbuh 10,0 persen dan 7,5 persen pada 2010, naik dari 8,5 persen dan 6,8 persen dari tahun ini. Indonesia diproyeksikan tumbuh 5?5,5 persen, tertinggi ketiga di Asia.

"Posisinya tergantung dari interaksi antara fundamental ekonomi, kebijakan, dan kepercayaan diri. Bahkan, ekonomi dengan fundamental yang lebih kuat seperti China dan India dapat mengalami pemulihan yang juga lebih kuat selama tahun depan nanti," ujarnya.

Sementara itu, pengamat ekonomi Aviliani mengatakan, tahun depan adalah saat yang terbaik untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Pada 2010, pertumbuhan bisa mencapai 4-5,5 persen. Masih terbaik dibandingkan negara lain yang belum akan membaik secepat itu," katanya.

Aviliani mengungkapkan, kesempatan yang baik ini harus dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah untuk menggenjot pertumbuhan."Kalau tidak dimanfaatkan, momennya akan lepas dan pertumbuhan ekonomi akan terus menurun," ujarnya.

Dia mengusulkan beberapa perbaikan, baik di sektor moneter maupun riil yang harus diupayakan pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,5%. Di sektor moneter, dia menambahkan, dana masyarakat masih sangat mahal karena likuiditas belum merata. "Hanya 14 bank yang likuiditasnya besar. Karena itu Undang-Undang Jaringan Pengaman Sistem Keuangan harus segera terlaksana awal tahun 2010," kata Aviliani.

Konsolidasi perbankan juga perlu dilakukan untuk menekan persaingan perbankan yang hanya terjadi di bank besar.Sementara di sektor riil, terutama investasi, perlu ada reformasi birokrasi. "Birokrasi harus diberikan dalam satu instansi,sudah masuk program 100 hari. Kluster industri yang sudah dicanangkan Kadin harus segera dicanangkan," ujarnya. (zaenal muttaqin/sandra karina)(Koran SI/Koran SI/rhs)

dikutip dari :
http://economy.okezone.com/read/2009/12/04/320/281619/320/kondisi-politik-ganggu-ekonomi

di Pos Kan oleh :
Samuel David Lee
21209554 - 1EB02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar